Universitas Indonesia (UI) menambah jumlah guru besarnya dengan mengukuhkan dua Profesor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). Mereka adalah Prof. Dr. drg. Jaslis Ilyas,. MPH. sebagai Guru Besar Tetap bidang Ilmu Manajemen SDM Kesehatan dan Prof.Dr.drg. Indang Trihandini, M.Kes sebagai Guru Besar Tetap bidang Ilmu Biostatistik dan Kependudukan. Para profesor tersebut dikukuhkan pada Sabtu (24/12/2016) di Auditorium Vokasi, Kampus UI Depok yang dipimpin oleh Rektor UI Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met.
Prof. Jaslis Illyas menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Metode Baru Analisis Beban Kerja pada Perencanaan SDM RS untuk Efisiensi pada Era JKN yang Gering.” Dalam pidatonya, Prof. Jaslis mengutarakan BPJS tengah mengalami defisit pembiayaan. Tercatat pada tahun 2015, BPJS mengalami defisit sekitar Rp 6 Triliun dan diperkirakan akan terus defisit. Masalah JKN dan BPJS merupakan masalah sistemik sehingga dibutuhkan review dan perubahan pada UU SJSN, PP, Kepres, Kepmenkes dan SK Dirut BPJS.
Baca juga: HEBAT, PERGANTIAN TAHUN, BUPATI INI AJAK WARGA SHALAT SUBUH BERJAMAAH
Prof. Jaslis memaparkan sejumlah solusi untuk mengatasi masalah tersebut antara lain mengembangkan kebijakan BPJS Kes dengan multi-payors–maka perlu dikembalikan peran publik dan pemerintah Provinsi dan Kota/Kabupaten untuk berkontribusi pada jaminan kesehatan di daerah dan menambah infrastruktur kesehatan untuk mendukung JKN.
Benefit JKN harus dibuat rasional sesuai dengan premi dan kemampuan APBN. Kembalikan peran Pemerintah Daerah dan Jamkesda untuk mengambil alih benefit rawat jalan peserta PBI, sedangkan untuk peserta non-PBI benefit rawat jalan ditiadakan, kecuali untuk penyakit endemik seperti: TBC dan Malaria. Meningkatkan mutu Primary Health Care (PHC) sebagai kunci sukses JKN.
Pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota harus bergotong royong untuk membuat PHC berkualitas sehingga peserta JKN percaya dan nyaman untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas dan klinik pratama swasta. Meningkatkan efisiensi pada Rumah Sakit melalui kontrol biaya personel dengan merencanakan SDM yang akurat.
Baca juga: Heboh, Remaja Ganteng Nikahi Nenek 52 Tahun di Sumut, Lihat Fotonya
Selanjutnya, Prof. Indang Trihandini menyampaikan pidato pengukuhan bertajuk “Tantangan Pemenuhan Kebutuhan Sosial dan Kesehatan Lansia Indonesia.” Prof. Indang memaparkan kerusakan ekologis yang disebabkan oleh upaya pembangunan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi telah memberikan ancaman yang nyata.
Tiga prinsip utama dalam pembangunan berkelanjutan melingkupi upaya untuk melindungi lingkungan hidup, masyarakat sekitar serta ketersediaan sumber daya di masa yang akan datang. Secara konseptual pembangunan berkelanjutan adalah upaya pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk pemenuhan kebutuhan mereka sendiri.
Pembangunan berkelanjutan erat kaitannya dengan komposisi penduduk–salah satunya penduduk tua. Saat ini Indonesia mulai memasuki periode lansia (ageing), dengan komposisi 10 persen penduduk berusia 60 tahun ke atas (proyeksi penduduk 2010-2035) dan proporsi lansia secara nasional telah mencapai 8,65 persen dari keseluruhan penduduk.
Selain itu diperkirakan pada 2050 komposisi lansia di Indonesia terus meningkat menjadi 2,5 kali lebih besar dari tahun 2013 dan pada tahun 2100 komposisi penduduk lansia di Indonesia akan lebih besar dibandingkan komposisi lansia di dunia.
Baca juga: "Akan kuadukan kalian kepada Tuhanku!" jerit seorang gadis kecil Aleppo.
Salah satu pilar pembangunan berkelanjutan adalah komponen penduduk berkualitas. Menghadapi pertumbuhan penduduk Indonesia yang memasuki periode lansia, Pemerintah perlu memperhatikan sejumlah hal berkenaan pada sistem jaminan sosial, meningkatnya ketidakkemandirian dan menurunnya kesehatan penduduk.
Individu harus menjaga pola hidup sehat guna meningkatkan Quality of Life hingga pada usia lansia mampu berperanan dan hidup mandiri.
Sejumlah solusi yang disampaikan oleh Prof. Indang di antaranya memberikan prioritas pada layanan kesehatan diperlukan pada area pencegahan, promosi dan pendidikan kesehatan, screening dan pengobatan serta rehabilitasi, pengupayaan pelayanan kesehatan secara maksimal dan holistik, memulai program Community Based lansia, taman terpadu di setiap kecamatan, peningkatan dan akreditasi mutu panti lansia, perda jaminan long term care (LTC) setiap penduduk berusia 40+, dan lainnya.
Penulis : Egia Tarigan
Sumber: http://www.ui.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar